Sabtu, 12 November 2011

Behind The FOOTPRINTS Story

Tahukah Anda cerita di balik terciptanya sajak "FOOTPRINTS". Sajak itu telah menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia. Namun tidak banyak orang mengetahui siapa pengarang sajak itu. Juga tidak banyak orang tahu apa latar belakang lahirnya sajak itu. Lebih-lebih lagi tidak banyak orang tahu bahwa sajak yang berjudul "Jejak" (aslinya : "Footprints") sebenarnya adalah buah pena masa berpacaran di suatu senja di tepi danau.
Pengarang sajak itu adalah Margaret Fishback, seorang guru sekolah dasar Kristen untuk anak-anak Indian di Kanada. Margaret sangat pendek dan kecil untuk ukuran orang Kanada. Tinggi badannya hanya 147 cm. Tubuhnya ramping dan wajahnya halus seperti anak kecil. Karena itu walaupun ia sudah dewasa dan sudah menjadi ibu guru ia sering diberi karcis untuk anak-anak kalau berdiri di depan loket atau kalau naik bis. Margaret dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana hangat dan penuh kasih.

Namun ada beberapa peristiwa yang terasa pahit dalam kenangan masa kecilnya. Yang pertama adalah pengalamannya ketika ia menjadi murid kelas satu sekolah dasar. Ia mempunyai kenangan buruk tentang gurunya.Margaret berlogat Jerman karena ayahnya berasal dari Jerman. Lalu tiap kali Margaret melafalkan sebuah kata Bahasa Inggris dengan logat Jerman, jari-jari tangannya langsung dipukul oleh gurunya dengan sebuah tongkat kayu. Tiap hari jari-jari tangan Margaret memar kemerah-merahan. "Jangan bicara dengan logat Jerman. Pakai logat yang betul, kalau tidak ... !"

Itulah ancaman dan amarah yang didengar Margaret setiap hari. Dan ia sungguh takut. "Tiap hari aku berangkat ke sekolah dihantui oleh rasa takut. Aku heran mengapa aku dimarahi. Apa salahku ? Apa salahnya orang berbicara dengan logat Jerman ? Baru kemudian hari aku tahu bahwa pada waktu itu sedang berlangsung Perang Dunia II, sehingga orang Jerman dibenci di Amerika dan Kanada," ucap Margaret mengenang masa kecilnya.

Kenangan pahit lain yang diingat Margaret adalah tentang dua teman perempuannya di kelasnya. "Aku akrab dengan semua teman dan mereka senang bermain dengan aku, kecuali dua orang teman perempuan yang kebetulan berbadan besar.

Kedua teman itu sering menjahati aku. Untung ada seorang teman laki-laki yang selalu melindungi aku. Namun pada suatu hari teman laki-laki itu tidak masuk ke sekolah. Lalu kedua teman perempuan yang berbadan besar itu menjatuhkan aku dan duduk di atas perutku sambil menggelitiki aku.Aku kehabisan nafas. Untung tiba-tiba ada orang yang lewat sehingga aku dilepas. Langsung aku lari ketakutan sampai aku jatuh dan pingsan. Selama beberapa hari aku terbaring sakit. Tetapi yang lebih parah lagi, selama beberapa bulan aku ketakutan," kenang Margaret. Juga tentang masa dewasanya Margaret mempunyai pengalaman yang menakutkan. Pada suatu siang yang bercuaca buruk, ketika ia sedang mengajar di kelas, tiba-tiba jendela terbuka dan petir menyambar sekujur tubuh Margaret. Ia jatuh terpental di lantai. Setelah dirawat di rumah sakit, ia tetap mengidap penyakit yang tidak tersembuhkan.

Urat syarafnya terganggu sehingga ia sering bergetar. Bukan mustahil semua pengalaman buruk itu turut mewarnai lahirnya sajak "Jejak" ini, yang dikarang oleh Margaret ketika ia sudah mempunyai tunangan yang bernama Paul. Hari itu Margaret dan Paul berangkat menuju suatu tempat perkemahan di utara Toronto untuk memimpin retret. Di tengah perjalanan, mereka melewati danau Echo yang indah."Mari kita jalan di pantai," usul Margaret.

Dengan semangat mereka melepaskan sepatu lalu berjalan bergandengan tangan di pantai pasir. Ketika mereka kembali dan berjalan ke arah mobil mereka, dengan jelas mereka mengenali dua pasang jejak kaki mereka dipasir pantai. Namun di tempat-tempat tertentu gelombang air telah menghapus satu pasang jejak itu. "Hai Paul, lihat, jejak kakiku hilang,"seru Margaret.

"Itukah mungkin yang akan terjadi dalam impian pernikahan kita? Semua cita-cita kita mungkin akan lenyap disapu gelombang air," lirih Margaret. "Jangan berpikir begitu," protes Paul. "Aku malah melihat lambang yang indah. Setelah kita menikah, yang semula dua akanmenjadi satu. Lihat itu, di situ jejak kaki kita masih ada lengkap dua pasang." Mereka berjalan terus. "Paul, lihat, di sini jejakku hilang lagi." Paul menatap Margaret dengan tajam, "Margie jalan hidup kita dipelihara Tuhan. Pada saat yang susah, ketika kita sendiri tidak bisa berjalan, nanti Tuhan akan mengangkat kita. Seperti begini..." Lalu Paul mengangkat Margaret yang bertubuh kecil dan ringan itu dan memutar-mutarnya.

Malam itu setibanya mereka di tempat retret, Margaret yang adalah pengarang kawakan menggoreskan pena dan menuangkan ilham pengalamannya tadi di pantai. Kalimat demi kalimat mengalir. Dicoretnya sebuah kalimat, diubahnya kalimat yang lain. Ia berpikir, menulis, termenung, mencoret, menulis lagi, termenung lagi, mencoret lagi... Seolah-olahbermimpi, dalam imajinasinya ia merasa berjalan bersama dengan Tuhan Yesus di tepi pantai. Ketika berjalan kembali ia melihat dua pasang jejak kaki, satu pasang jejaknya sendiri dan satu pasang jejak Tuhan.Tetapi... dan seterusnya. Margaret melihat lonceng. Pukul 3 pagi ! Cepat-cepat diselesaikannya tulisannya, lalu ia tidur.

Keesokan harinya, begitu bangun, ia langsung membaca ulang tulisannya. Ah, belum ada judulnya. Margaret berpikir sejenak lalu membubuhkan judul "Aku Bermimpi". Ia mengubah beberapa kata dan kalimat. Dan lahirlah sajak yang sekarang kita kenal dengan judul "Jejak".

Pada hari itu juga dalam kebaktian, sajak itu dibacakan Paul. Paul berkata, "... ada saat di mana kita merasa seolah-olah Tuhan meninggalkan kita. Musibah menimpa kita dan jalan hidup kita begitu sulit. Kita bertanya mengapa Tuhan tidak menolong kita. Sebenarnya Tuhansedang menolong kita. Tuhan sedang mengangkat kita."

Lalu Paul membacakan sajak karya Margaret :

-----------------
One night I dreamed a dream. I was walking along the beach with my Lord.
Across the dark sky flashed scenes from my life.

For each scene, I noticed two sets of footprints in the sand, One belong to me and one to my Lord.

When the last scene of my life shot before me, I looked back at the footprints in the sand.

There was only one set of footprints.
I realized that this was the lowest and the saddest times of my life.

This always bothered me and I questioned the Lord about my dilemma. "Lord, You told me when I decided to follow, You would walk and talk with me all the way. But I'm aware that during the most troublesome times of my life, There is only one set of footprints. I just don't understand why, when I need You most, You leave me."

He whispered, "My precious child, I love you and will never leave you never, ever, during your trials and testings. When you saw only one set of footprints, It was then that I carried you."
-----------------

Seluruh peserta retret duduk terpaku mendengarnya. Mereka termenung menyimak kedalaman arti yang terkandung sajak itu. Sekarang pun tiap orang termenung setiap kali membaca sajak itu. Sajak itu mengajak kita menelusuri perjalanan hidup kita.

Dalam perjalanan itu telapak kaki kita dan telapak kaki Tuhan Yesus membekas bersebelahan. Tetapi pada saat-saat dimana musibah menimpa dan perjalanan menjadi sulit serta berbahaya, ternyata yang tampak hanya telapak kaki Tuhan. Telapak kaki kita tidak tampak, padahal telapak kaki Tuhan membekas dengan jelas.

Mana telapak kaki kita ? Telapak kaki kita tidak ada, sebab pada saat-saat seperti itu kita sedang diangkat dan digendong Tuhan.



==================================================================================

JEJAK-JEJAK KAKI

Suatu malam aku bermimpi
Aku berjalan di tepi pantai dengan Tuhan
Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan adegan hidupku
Di tiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir
Satu pasang jejak kakiku, yang lain jejak kaki Tuhan.
Ketika adegan terakhir terlintas di depanku
Aku menengok kembali pada jejak kaki di pasir.
Di situ hanya ada satu pasang jejak.

Aku mengingat kembali bahwa itu adalah bagian yang tersulit Dan paling
menyedihkan dalam hidupku.
Hal ini menganggu perasaanku maka aku bertanya Kepada Tuhan tentang
keherananku itu.
"Tuhan, Engkau berkata ketika aku berketetapan mengikut Engkau, Engkau
akan berjalan dan berbicara dengan aku sepanjang jalan,
Namun ternyata pada masa yang paling sulit
Dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak.
Aku tidak mengerti mengapa justru pada saat aku sangat membutuhkan Engkau,
Engkau meninggalkan aku?"
Tuhan berbisik, "Anakku yang Kukasihi
Aku mencintai kamu dan takkan meninggalkan kamu
Pada saat sulit dan penuh bahaya sekalipun.
Ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak ,
ltu adalah ketika Aku menggendong kamu."
=========================================================================
Artikel di atas saya ambil dari salah satu blog Kristen

http://budimansitohang.blogspot.com/2010/02/jejak-jekak-kaki-behind-footprints.html
Terima kasih, artikel ini sudah menjadi berkat buat saya, dan saya harap Budiman Sitohang tidak keberatan untuk artikel ini saya bagikan kepada saudara-saudara kita yang lain.
Tuhan Yesus memberkati...

Kamis, 10 November 2011

Pribadi Yang Mengenal Hatiku...

Seperti rusa yang haus rindu aliran sungai Mu
Hatiku tak tahan menunggu Mu
Bagai padang gersang menanti datangnya Hujan
Begitupun jiwaku Tuhan

Hanya Engkau pribadi yang mengenal hatiku
Tiada yang tersembunyi bagi Mu sluruh isi hatiku Kau tahu
Dan Bawaku tuk lebih dekat lagi pada Mu
Tinggal dalam indahnya dekapan kasih Mu

Yesus adalah satu-satunya di dalam hidup ini yang benar-benar mengerti kita bahkan lebih dari kita mengenal diri kita sendiri. Ketakutan kita saat menghadapi masalah adalah salah satu contoh bahwa sebenarnya kita ini tidak mengetahui kemampuan kita, namun satu hal yang harus kita percaya, pada saat kita memutuskan untuk menerima Yesus, maka Dia yang adalah kasih tidak akan memberikan pencobaan lebih dari kemampuan kita. Dan itu adalah MUTLAK karena Dia sangatlah mengerti kemampuan kita.

Saat kita berkata tidak mampu, itu adalah saat dimana kita sebenarnya mulai meragukan pengenalan Tuhan akan kita, karena tidak sekalipun badai masalah datang tanpa ijin dari DIA.

Tuhan Yesus, Bapa kami, ajarlah kami untuk berserah penuh kepada Mu, karena kami percaya bahwa Engkau lah satu-satunya pribadi yang mengenal diri kami, dan kami tidak akan takut atas setiap badai cobaan, karena Engkau yang akan membawa kami terbang tinggi mengatasi badai masalah dan membawa kami lebih dekat dengan Engkau untuk tinggal dalam indahnya dekapan kasih Mu.

Langkah Pertama...

  1. Sudah berapa lama Anda mengenal Tuhan?
  2. Sudah berapa lama Anda menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda?
  3. Sudah berapa kali Anda dikuatkan oleh Firman Tuhan di hari Minggu?
  4. Sudah berapa kali Anda dikuatkan oleh KKR gereja Tuhan?
  5. Dan bagaimanakah hidup kerohanian Anda sekarang?


Jujur, saya sudah sejak lahir mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya. Sudah berkali-kali saya dikuatkan oleh Firman maupun KKR dan mengambil komitmen untuk meninggalkan hidup lama saya dan mau benar-benar hidup menurut jalan Kristus. Namun sampai sekarang saya akui masih sangat sulit untuk meninggalkan kehidupan duniawi.

Sangat mudah untuk kita berkata "I love You, Jesus", "Jesus is my savior", dan sebagainya, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah orang dunia dapat melihat Yesus di dalam setiap perbuatan kita. Seringkali kita dihadapkan atau bahkan ditantang untuk membuat keputusan, namun yang saya ingin tegaskan adalah mengambil keputusan saja tidaklah cukup, ambil Langkah Pertama.

Perhatikanlah orang-orang di sekitar kita, paling gampang adalah di gereja kita, ada berapa banyak orang Kristen di sekitar Anda? Banyak? Tapi apakah saat menjalani kehidupan ini kita dapat dengan mudah menemukan pengikut Kristus? Hal tersebut adalah karena tidak adanya Langkah Pertama dari setiap orang Kristen untuk mau menjalankan kerinduan Tuhan melalui hidup kita.

Menjadikan semua bangsa murid Kristus adalah perintah yang diberikan sebelum Kristus terangkat ke Sorga, jadi itu sudah harga mutlak untuk kita lakukan. Benar, saya pun bukan seorang pendeta, namun kita tetap bisa menjalankan perintah tersebut di ladang kita masing-masing. Jika Anda adalah seorang profesional, jadikan meja kantor Anda menjadi mimbar untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Hiduplah seperti Kristus hidup di dalam Anda, maka Anda akan menjadi saksi Kristus bagi orang-orang di sekitar Anda.

Apakah Anda pernah mengamati sebuah kereta api? Saat kereta tersebut berhenti untuk bermalam, maka hanya dibutuhkan sepotong kayu kecil untuk mengganjal rodanya, dan percaya atau tidak kereta tersebut tidak akan bisa dijalankan. Namun saat kereta itu sudah melaju dengan kencang, jangankan kayu kecil, bahkan tembok beton setinggi satu setengah meter pun tidak akan dapat menghentikannya.

Itulah Manusia, langkah pertama memang sulit, namun paksakan untuk melakukannya, jangan biarkan semangat dan komitmen yang sudah kita dapatkan mati dan padam, tapi mari kita lakukan untuk memuliakan nama Tuhan.

Roma 8:13 "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."

Tuhan Yesus memberkati.

Orang Benar pun Mengalami Penderitaan...

Suatu hari di sebuah toko peralatan rumah tangga. Seorang pembeli yang baru berkeluarga datang dan berencana mencari beberapa peralatan dapur untuk rumah barunya. Sampailah pada rak yang berisi keperluan meja makan. Seorang SPG menawarkan salah satu produk piring milik mereka, sangat sempurna dan anti pecah, untuk meyakinkan diri maka dimintanya SPG itu untuk menjatuhkan piring tersebut ke lantai dan memang piring itu sangat bagus dan tidak ada pecahan atau cacat sedikit pun. Lalu untuk lebih meyakinkan lagi, sang pembeli ingin mengujinya sendiri, maka dijatuhkannya kembali piring tersebut dari tempat yang lebih tinggi, dan kembali lagi tidak ada cacat sedikitpun. Akhirnya pembeli tersebut puas dan membelinya dengan keyakinan bahwa barang yang dibelinya adalah benar-benar berkualitas.

Saya tidak tahu siapa yang mengarang ilustrasi di atas, namun saya mendapatkannya dari teman saya baru-baru ini. Seperti kisah Ayub, kita tahu seberapa salehnya dia, namun Tuhan tetap mengijinkan iblis untuk mengujinya, bahkan setelah iblis mengambil segala kepunyaannya, Tuhan masih memberikan ijin yang kedua kali untuk iblis mengambil kesehatannya. Terasa tidak adil, orang yang begitu saleh dan berhubungan intim dengan Tuhan namun Tuhan mengijinkan masalah datang ke diri Ayub. Tapi pada saat masa pengujian itu selesai, Tuhan memberikan kepada Ayub apa yang pernah ia miliki sebanyak dua kali lipat, bahkan umurnya pun sangat diberkati hingga Ayub dapat menikmati hingga keturunannya yang keempat.

Seperti ilustrasi di atas, Tuhan ingin menguji seberapa berkualitas iman kita, satu masalah mungkin bisa kita hadapi, namun Tuhan ingin menguji lebih lagi. Bukan untuk bermain-main dengan kita, namun untuk memberitahukan kepada iblis dan dunia bahwa kita adalah anak-Nya yang berkualitas. Dan setelah masa itu lewat, percayalah bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang mampu mengembalikan keadaan kita bahkan lebih dari yang kita harapkan.

Matius 10:29-31 "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."
Saya selalu percaya pada janji Tuhan kepada kita, bila burung pipit saja Dia pelihara apalagi kita anak-anak Nya. Oleh karena itu, janganlah kita kuatir akan apapun juga, percayakanlah semuanya itu kepada Allah kita, kita kerjakan bagian kita, dan biarlah Dia, Bapa kita yang setia, yang akan menyelesaikan bagian diluar kemampuan kita.

Tuhan Yesus memberkati...