Selasa, 20 November 2018

Until We Meet Again, Some Day...

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada tahun 2010 - 2016 adalah sebesar 1.36%. Artinya, bila saat ini Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 265 juta jiwa, maka dalam 1 tahun mendatang akan memiliki pertambahan 3.6 juta jiwa atau 9.8ribu per harinya. Angka yang lebih mencengangkan adalah bahwa di Indonesia akan ada pertamabahan penduduk sebesar 7 jiwa setiap menitnya.

Kelahiran adalah sebuah kabar gembira bagi orang tua, tetapi sebaliknya perlu juga diingat bahwa di lain situasi ada juga kematian. Saya seringkali menjumpai di Instagram foto-foto bahagia kelahiran buah hati mereka dan di account berikutnya terdapat foto-foto menyedihkan tentang kepergian orang-orang yang mereka kasihi.

Hari ini saya sedang duduk di bandara sambil membuat artikel ini dan sebelum saya membuka laptop ini saya melihat di akun instagram teman kecil saya yang baru saja menikah dua hari yang lalu, tentu saya yakin bahwa kebahagiaanya pasti masih terasa hingga hari ini. Tetapi di satu sisi, kemarin malam saya mendengar kabar duka dari keluarga saya bahwa nenek saya meninggal dunia. Tentu ini menjadi keadaan yang kontras, satu sisi kebahagian dan satu sisi kesedihan, lalu saya teringat dan merenungkan sebuah ayat Firman Tuhan;

1 Tesalonika 4 : 13-14

Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
Ayat ini menegur saya, dikatakan bahwa "jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunya pengharapan". Ayat tersebut bukan berkata bahwa orang Kristen tidak boleh berduka, tentu saja kehilangan orang dekat pasti menyedihkan, tetapi Firman Tuhan berkata JANGAN BERDUKACITA seperti tidak ada PENGHARAPAN. Banyak kita temui cerita-cerita seseorang yang menjadi hampa saat ditinggal mati seseorang yang dia kasihi, itulah yang dimaksudkan di sini. Bagi orang Kristen, kematian hanyalah pintu gerbang antara dunia dengan sorga. Bahkan Rasul Paulus berkata dalam Filipi 1:21 bahwa mati adalah keuntungan baginya.

Saya pernah berkhayal datang ke rumah duka dan berdoa bagi orang mati dan bangkit, namanya juga berkhayal, boleh-boleh saja kan. Tetapi saya berpikir lebih jauh lagi, bahwa berdoa untuk mengembalikan orang yang mati adalah tindakan yang egois. Mengapa demikian? Karena itu hanya untuk memuaskan keinginan kita yang hidup. Saya tidak mau membahas teologia yang terlalu dalam karena saya bukan sarjana teologia, namun banyak sekali pemahaman mengenai kehidupan setelah kematian, tetapi saya akan bahas satu teologia yang saya percayai, bahwa saat orang meninggal dunia, dia akan beristirahat dari perjuangannya selama di dunia, dan dia sudah mencapai garis akhir dan menang, lalu menantikan kedatangan Tuhan Yesus datang kedua kalinya dan dibangkitkan dan diangkat bersama-sama orang yang masih hidup (1 Tesalonika 4:16-17). Jadi sangat egois jika kita meminta kepada Tuhan untuk menghidupkan kembali orang yang sudah menang dan mencapai garis akhir untuk masuk kembali kedalam pertandingan (2 Timotius 4:7). Tuhan yang tahu waktu kita di dunia, kalau memang Tuhan berkehendak maka Tuhan sendiri yang akan mengembalikan dan menghidupkan orang mati (Contoh Lazarus) tapi itu bukan keputusan kita.

Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk bersukacita atas kejadian ini. Saya tidak munafik, ada rasa kekosongan dalam diri saya namun saya yakin dan percaya bahwa ini hanyalah sementara, karena suatu saat nanti, kita semua akan berjumpa muka dengan muka dengan Tuhan Yesus Kristus, dan di sana pula saya akan dapat bertemu dengan orang-orang yang saya pernah kasihi di dunia bahkan lebih dari itu saya akan bertemu dengan pahlawan-pahlawan Allah di masa lampau yang sangat saya kagumi. Dan fokus saya adalah menjalani pertandingan hingga garis akhir dan terus memelihara iman.

Mazmur 116 : 15Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. 
2 Korintus 5 : 1Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. 
Wahyu 21 : 4Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.

Artikel ini saya dedikasikan untuk nenek saya,
Inggrid Sundari (79 Tahun)
2 Juni 1939 - 19 November 2018












"Sampai berjumpa lagi Emak, until we meet again, some day..."

TUHAN YESUS memberkati kita semua,
IMMANUEL!!!

Rabu, 07 November 2018

Dihantui Masa Lalu

Tidak semua dari kita lahir dalam keluarga Kristen, bahkan di dalam keluarga Kristen sekalipun tidak menjamin bahwa hidup seseorang tersebut benar-benar mencerminkan kehidupan orang Kristen. Ya, setiap orang pasti pernah melakukan dosa, baik dengan sengaja maupun tidak sengaja. Dan apa yang telah terjadi akan selalu menjadi masa lalu kita, bahkan yang akan terjadi nanti pun suatu saat akan menjadi masa lalu kita.

Jika kita lihat di dalam Alkitab, kita melihat banyak kisah tentang masa lalu dan masa depan yang kontras. Contoh saja nabi Musa. Dari seorang pengecut yang melarikan diri dari Mesir dan berakhir sebagai nabi yang terbesar bagi orang Yahudi. Daud yang awalnya hanya seorang anak bawang, kenapa saya sebut anak bawang karena dari saudara-saudaranya yang menjadi prajurit hanya dia yang menjadi pengembala 2-3 ekor saja kambing domba, bahkan saat nabi Samuel meminta kepada Isai untuk memanggil anak-anaknya, Isai tidak memanggil Daud, tetapi beberapa tahun kemudian dia menjadi Raja Israel, dan bagi orang Yahudi nama Musa dan Daud adalah yang terbesar.

Lalu, bagaimana dengan Rahab? Siapakah Rahab? (Yosua 2:1-24)

Di dalam Yosua pasal 2:1 dikatakan demikian;
"Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: "Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho." Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ."
Rahab adalah perempuan Sundal yang mendengar kehebatan Allah Israel, sehingga dia berinisiatif untuk menyembunyikan pengintai-pengintai Israel, sehingga pada saat Israel menyerang dan menaklukan kota Yerikho, dia dan keluarganya bisa selamat. Dan jika kita baca kisah ini, maka akhirnya bangsa Israel berhasil menaklukan Kota Yerikho dan Rahab beserta keluarganya diselamatkan.
Yosua 6:23"Lalu masuklah kedua pengintai muda itu dan membawa ke luar Rahab dan ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan kepadanya tempat tinggal di luar perkemahan orang Israel." 
Yosua 6:25"Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho."
Dalam hal ini Rahab memiliki peranan penting, jika Rahab tidak membantu pengintai yang dikirim oleh Yosua maka mungkin kemenangan ini tidak akan terjadi, memang Tuhan mampu memberikan kota tersebut kepada bangsa Israel, tetapi Tuhan dapat melibatkan Rahab, yaitu seorang perempuan sundal dalam rencanaNya.

Dan jika perhatikan lebih lagi di dalam perjanjian baru, Matius 1:5 tertulis demikian, "Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,", siapakah Isai? Ya, dialah ayah Daud dan dari keturunan Daud juga lahirnya Mesias.

Ada banyak kisah di Alkitab tetapi saya sungguh tertarik dengan kisah Rahab. Memang namanya tidak banyak disebutkan di dalam Alkitab, tetapi dia masuk ke dalam rencana Alllah bahkan dalam karya keselamatan. Kita tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu kita, bahkan sampai di jaman Paulus sekalipun, dia menyebut Rahab sebagai perempuan sundal, nama itu sudah melekat pada dirinya, tetapi saya yakin, hidupnya tidaklah sama saat dia sudah mengenal Allah Israel.

Bagaimana dengan Anda? Adakah Anda seorang pelacur seperti Rahab? Penipu seperti Yakub? Pembual dan pengecut seperti Petrus? Atau mungkin seorang pembunuh seperti Paulus? Biarlah itu menjadi masa lalu kita karena kita tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu kita, namun Tuhan punya rancangan yang baik untuk masa depan kita, apakah kita mau mengikuti rancangan Tuhan atau mau tetap pada rancangan kita sendiri?
Yeremia 29:11"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
Mari kita serahkan masa depan kita kepada Tuhan Yesus, yakinlah dan percayalah bahwa Tuhan Yesus senantiasa beserta dengan kita.

Immanuel!
Tuhan Yesus memberkati!