Senin, 21 Maret 2011

Pandangan Iman Kristen terhadap Asuransi

Asuransi Jiwa
Banyak pro dan kontra mengenai asuransi, malahan ada beberapa aliran yang menganggap bahwa asuransi itu haram.


Saya hanya mau share saja pendapat saya,

Saya pribadi bekerja di perusahaan asuransi, namun dulu saya orang yang benar-benar anti dengan asuransi...
Pernah saat itu ayah saya membeli polis Asuransi Jiwa dengan nominal uang pertanggungan sekitar seratus juta rupiah, dalam hati saya tidak terima, kenapa ayah saya hanya diberi harga segitu? bukankah hidup ini anugrah Tuhan yang tidak ternilai harganya? dan juga hidup kita ditangan Tuhan bukan di tangan agen asuransi...

Semua pendapat saya tidak dapat disalahkan, sampai saat ini pun saya tetap membenarkan pola pikir yang seperti itu, bahwa hidup kita memang di tangan Tuhan, dan hidup kita memiliki harga yang sama dengan Kematian Tuhan Yesus di kayu salib, tidak akan bisa disetarakan dengan berapapun banyaknya uang pertanggungan.

Life Insurance diterjemahkan sebagai Asuransi Jiwa, apakah penerjemahan itu benar? Ataukah lebih tepat jika saya katakan "Asuransi Kehidupan"?

Konsep awal dari Asuransi jiwa adalah bertujuan untuk mempertahankan mortalitas kita.

Misalnya sebuah keluarga yang terdiri dari 4 anggota (Ayah, Ibu, dan dua orang anak),
Sang ayah bekerja, Ibu sebagai ibu rumah tangga, dan anak-anak sekolah.
Penghasilan sang Ayah Rp 5,000,000
Pengeluaran per bulan Rp 3,000,000
Pengeluaran per tahun Rp 36,000,000
Kemampuan menabung per bulan Rp 2,000,000 (Rp 12,000,000 per tahun)

Namun, apakah pernah terbayang bila sang kepala keluarga tiba-tiba dipanggil oleh Tuhan?
Bagaimana nasih keluarga yang ditinggalkan?
Jawabannya adalah dengan saving yang sudah ada, coba saja kita bicara selama 5 tahun, maka saving yang ada adalah sebesar Rp 120,000,000
Cukup besar bukan?
Namun dengan Rp 120,000,000 uang tersebut akan bertahan paling lama 3,5 tahun saja. Oleh sebab itu diperlukan keberanian bagi sang Ibu untuk menggunakan uang tersebut untuk memulai suatu pekerjaan baru, namun bagaimana kalo sang Ibu tidak memiliki kemampuan tersebut?

Coba kita bicara konsep asuransi jiwa di sini,
kita bicara Deposito dengan bunga yang dibawah rata-rata, yaitu 5% per tahun, maka untuk mendapatkan bungan Rp 36,000,000 (pengeluaran tahunan) dibutuhkan dana sebesar Rp 720,000,000
Dari mana uang sebesar itu untuk di tabung???

Asuransi jiwa (tradisional) memiliki fasilitas tersebut, dengan menabung kurang lebih Rp 10,000,000 per tahun (usia 30) bisa mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp 1,000,000,000
Sehingga pada saat kepala keluarga dipanggil Tuhan terlebih dahulu, pihak asuransi dapat mengeluarkan dana tersebut untuk bisa dikelola oleh ahli wari (ibu atau anak) dan bisa dimasukkan ke dalam deposito, sehingga keluarga tetap bisa hidup...

Jadi asuransi bukan merupakan sebuah jimat atau sebuah kepercayaan, namun hanya sebuah produk untuk berjaga-jaga, dan yang paling penting adalah keluarga kita juga aman secara finansial...^^

Bagaimana menurut pendapat kalian?

Amsal 27:1
"Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar