Selasa, 28 Februari 2012

Time is Money... Money is Time?

Time is Money...

Waktu adalah uang, hampir semua dari kita tapi arti dari kata tersebut. Waktu jika kita gunakan dengan bijaksana maka akan dapat menghasilkan sesuatu yang tidak akan sia-sia, dan bagi kaum profesional, waktu identik dengan uang, berapa lama mereka bekerja maka uang yang dihasilkannya pun akan jauh lebih banyak. Namun bagaimana jika hal itu dibalik, apakah uang juga sama dengan waktu?

Pengkotbah 5:10
Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya

Banyak orang terjebak dalam hal uang. Benar waktu yang kita gunakan dengan efektif dan efisien dapat menghasilkan uang atau sesuatu yang berguna, namun uang sebanyak apapun tidak akan dapat membeli sebuah "waktu". Saya sering mendengarkan sebuah sharing dari teman-teman saya dimana mereka diberkati dalam hal keuangan, namun tidak sedikit juga dari mereka yang mengeluh karena kurangnya kehadiran sebuah "keluarga" di rumahnya yang seperti istana.
Tidak kebetulan jika Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya dalam waktu 6 hari dan menggunakan hari ke 7 untuk beristirahat, itu adalah hal yang ingin Tuhan kita ajarkan pada kehidupan kita, ada waktu untuk bekerja dan ada waktu untuk beristirahat, antara lain adalah waktu dimana kita bisa menikmati hasil kerja kita bersama keluarga, teman, dan orang-orang yang kita kasihi dan cintai.

Jadi apakah kita masih berpikir bahwa "Money Is Time"?
Tuhan Yesus memberkati... =)




Seorang laki-laki pulang dari bekerja agak terlambat, lelah dan jengkel. Ia melihat anaknya yang berumur lima tahun menunggunya di depan pintu.
“Ayah, bolehkah saya bertanya?” tanya anak itu.
“Ya, ada apa?” jawab ayahnya.
“Ayah berapa gaji ayah satu jam?”
”Itu bukan urusanmu! Mengapa kau tanyakan itu?” Sahut ayahnya marah.
”Saya cuma ingin tahu. Tolong beritahu saya berapa yang ayah peroleh dalam sejam?” Pinta anak itu.
”Bila kamu ingin tahu, saya memperoleh 20 dolar per jam.”
”Oh,” anak itu menjawab dengan kepala menunduk.
Lalu ia bertanya kembali, ”Ayah, bolehkah saya meminjam 10 dolar?”
Ayahnya agak gemas.
”Bila itu alasannya kamu bertanya gaji saya hanya untuk membeli sebuah mainan bodoh atau hal
  lain yang konyol pergilah ke kamar dan tidur. Berpikirlah mengapa kamu hanya mementingkan dirimu sendiri. Saya bekerja keras seharian penuh dan tidak mempunyai waktu untuk permainan tak berguna itu.”
Anak itu pergi ke kamar tidurnya dan menutup pintu.
Ayahnya duduk dan menjadi makin jengkel terhadap pertanyaan anaknya itu. Betapa beraninya anaknya menanyakan pertanyaan seperti itu untuk mendapatkan uang. Setelah kira-kira sejam, orang itu lebih tenang, dan mulai berpikir bahwa ia agak terlalu keras terhadap anaknya. Mungkin ada sesuatu yang anaknya ingin benar-benar beli dengan 10 dolar itu apalagi anak itu jarang meminta uang. Orang itu bangkit ke kamar anaknya dan membuka pintu seraya bertanya, “Apakah kamu sudah tidur anakku?”
”Belum ayah,” jawab anak itu.
”Saya berpikir, mungkin saya terlalu keras kepadamu tadi. Hari ini sangat melelahkan hingga ayah tadi tidak sabaran. Ini 10 dolar yang kamu minta.”

Anak itu bangun cepat-cepat. “Oh, terima kasih ayah!” teriaknya. Kemudian ia meraba ke bawah bantalnya dan mengambil beberapa lembar uang yang sudah kucal. Orang itu yang melihat anaknya sudah memiliki sejumlah uang, mulai marah lagi. Anak itu pelan-pelan menghitung uangnya, lalu memandang ayahnya.
”Mengapa kamu meminta uang lagi kalau kamu sudah memilikinya?” Ayah itu menggumam.
”Karena uang saya tidak cukup, tetapi sekarang sudah,” jawab anak itu. “Ayah, saya mempunyai 20 dolar sekarang … Bolehkah saya membeli waktu ayah selama sejam?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar