Kamis, 29 Desember 2011

Dosa Menghakimi...

Dokter Doni yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi. Budi, Ayah dari Tono yang akan dioperasi menghampiri Dokter Doni "Kenapa lama sekali Anda sampai ke sini ? Apa Anda tidak tahu, nyawa anak saya terancam jika tidak di operasi ?" labrak si Budi. Dokter Doni tersenyum dan menjawab " Maaf, Saya sedang tidak di Rumah Sakit tadi, tapi Saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak Rumah Sakit."
Kemudian ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya " Keadaan anak Anda sudah stabil". Tanpa menunggu jawaban Budi, Dokter Doni berkata "Suster akan membantu Anda jika ada yang ingin diketahui dan ditanyakan." Dokter Doni pun berlalu. "Kenapa Dokter itu angkuh sekali? Diakan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya !?" Budi berkata kepada suster. Sambil meneteskan air matanya suster itu menjawab, "Anak Dokter itu meninggal dalam kecelakaan kemarin sore, ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada Anak Anda. Sekarang Anak Anda selamat, ia bisa kembali berkabung." Budipun terdiam dan tidak berkata apa-apa lagi....

Ilustrasi di atas saya terima lewat BBM sekitar 1 minggu yang lalu, dan baru sempat saya bagikan kali ini. Saya belajar banyak dari ilustrasi di atas. Sering kali kita berlaku seperti Budi, dengan mudah kita menghakimi orang lain, mengatakan mereka sombong, keras kepala, dan sebagainya tanpa melihat dari sudut pandang mereka. Cerita di atas memberikan saya pelajaran dimana kita tidak boleh terlalu cepat menilai orang lain, atau lebih tepatnya kita ini tidak memiliki hak untuk menghakimi sesama kita.

Sebuah peristiwa dimana ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa seorang perempuan yang ditemukan berbuat zinah ke hadapan Yesus dan ingin mencobai Yesus. Dalam hukum Musa (Taurat) mengatakan bahwa perempuan yang ditemukan berbuat zinah dihukum dengan dilempari batu. Namun jawaban Yesus sungguh bijaksana.
Matius 14:7b "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Setelah mendengarkan perkataan Yesus, maka mundurlah mereka satu persatu hingga akhirnya tinggal perempuan itu sendirian. Dan Yesus pun tidak menghukumnya namun mengampuninya.

Seperti peribahasa lama, "gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak", tanpa sadar kita lebih mudah melihat kelemahan orang lain daripada kelemahan kita sendiri. Namun saya disadarkan oleh ayat di atas, bahwa sebenarnya kita sendiri pun adalah orang-orang berdosa.

Siapakah diri kita hingga kita dengan mudah menghakimi sesama kita, biarlah kita belajar untuk saling menghargai dan dengan rendah hati mau saling belajar untuk bisa semakin serupa dengan Gambar Allah.

Tuhan Yesus memberkati... =)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar